Minggu, 28 November 2010

Peradaban Islam Masa Rasulullah

              I.      PENDAHULUAN

Mengamati keadaan bangsa Arab pra Islam, dapat diketahui kondisi masyarakat pada masa itu masih menyembah berhala, berjudi, mabuk-mabukan , membunuh dan masih banyak lagi perbuatan buruk yang menjadi kesenangan mereka. Dalam kondisi ini, islam lahir untuk mengubah kejahiliyahan penduduk pada saat itu agar menjadi masyarakat yang berakhlak baik atau mulia sesuai dengan ajaran islam yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW.
Jika dilihat sejarahnya dari awal nabi diangkat menjadi Rosul hingga menyampaikan ajaran islam, tentunya tidak mudah karena banyak sekali lika-liku dan halang rintang Rosulullah dalam misinya menyiarkan agama islam pada masyarakat waktu itu. Dalam perjalanannya mengemban wahyu Allah, Rosulullah memerlukan suatu strategi yang berbeda dimana pada waktu di Makkah lebih menonjolkan segi tauhid dan perbaikan akhlak. Tetapi ketika di Madinah Rosulullah banyak berkecimpung dalam pembinaan atau pendidikan social masyarakat, urusan-urusan muamalah atau tentang kehidupan bermasyarakat.

           II.      PEMBAHASAN

A.     Muhammad sebelum masa kerasulan.
Nabi Muhammad adalah anggota dari bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini jabatannya Siqoyah. Nabi lahir 12 Rabiul Awal 570 M. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib dari suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya yaitu Aminah binti Wahab dari bani Zuhroh[1].
Muhammad lahir dalam keadaan yatim, ayahnya meninggal tiga bulan ketika Muhammad dalam kandungan ibunya. Ketika lahir Beliau langsung diserahkan kepada Halimah Sa’diyah sampai umur 4 tahun. Setelah kurang lebih 2 tahun dalam asuhan ibu kandungnya , ketika berusia 6 tahun ibunnya meniggal dunia, sehingga dia menjadi yatim piatu. Kemudian Beliau diasuh kakeknya Abdul Muthalib selama 2 tahun. Karena kakeknya meninggal dunia sebab renta, tanggung jawab selanjutnya beralih pada pamannya Abu Thalib. Seakan-akan Allah ingin melaksanakan sendiri pendidikan Muhammad, orang yang dipersiapkan untuk membawa risalahNya yang terakhir.[2]
Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai pengemabla kambing keluarga dan penduduk Makkah. Melalui kegiatan ini beliau menemukan suasana untuk berpikir dan merenung melihat sesuatu dibalik semuanya. Hal ini membuatnya jauh dari pemikiran nafsu duniawi, sehingga terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya. Karena itu sejak muda beliau dijuluki dengan al-amin (orang yang dapat dipercaya).
Pada usia 12 tahun Muhammad menemani pamannya berdagang ke Syiria, dalam perjalanan di Bushira beliau bertemu dengan pendeta Kristen yang bernama Buhaira yang meyakini Muhammad sebagai calon Rosul akhir. Kemudian pendeta itu menasehati agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syiria, karena khawatir orang-orang yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat.[3]
Nabi Muhammad menikah di usia 25 tahun dengan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda dengan usia 40 tahun. Perkawinannya dikaruniani 6 orang anak, 2 putra dan 4 putri, yaitu : Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqoyah, Ummu Kulsum, dan Fatimah. Kedua putranya meniggal waktu kecil. Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi saat usianya 35 tahun, mengenai peletakan hajar aswad. Disini terbukti beliau mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan sifat kearifan.

B.     Masa kerasulan
Menjelang usia 40 tahun, beliau sudah terbiasa memisahkan diri dari kegalauan masyarakat, yaitu gua hira. Pada tanggal 17 Ramadhan 611 M, malaikat Jibril muncul membawakan wahyu yang pertama yaitu surat al-alaq ayat 1-5. rosulullah juga disebut ummi yang artinya tidak dapat membaca dan menulis. Namun pernyataan Abdul Karim Al Hariri, penulis buku Al-Nabiyul Ummi disini merujuk pada kata Umm yaitu ibu kandung.[4]
C.     Pendidikan Islam di Makkah
Wahyu yang kedua yaitu surat Al-muddasir yaitu ayat 1-7. setelah wahyu kedua ini, Rosulullah diwajibkan untuk memanggil suatu umat yang telah begitu rusak kepercayaannya dan akhlaknya, yang begitu fanatic atas adapt dan istiadat dan agama berhala nenek moyangnya. Dimulai dengan berdakwah secara diam-diam dikalangan keluarga dan sahabatnya. Setelah beberapa lama turunlah perintah agar Rosulullah berdakwah dengan cara terbuka, yakni surat Al-Hijr ayat 94. Mula-mula beliau mengundnag dan menyerukan kerabat karibnya dari bani Abdul Muthalib. Langkah selanjutnya adalah masyarakat umum.
Setelah dakwah terang-terangan pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul. Menurut Ahmad Syalabi ada 5 faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan islam, yaitu :
1.      Mereka tidak dapat membedakan kenabian dan kekuasaan.
2.      Nabi Muhammad SAW menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya.
3.      Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima sejarah kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
4.      Taklid kepada nenek moyang.
5.      Pemahat dan penjual patung memandang islam penghalang rezeki.
Namun semua itu dihadapi Muhammad dengan penuh kesabaran dan keyakinan akan petunjuk dan pertolongan Allah SWT.
Dalam pembinaan umat di Makkah, ada 2 bidang pokok, yaitu :
1. Pendidikan tauhid, dalam teori dan praktek.
    Pokok-pokok ajaran tauhid tercermin dalam surat al-fatikhah, sebagai berikut :
a.                         Bahwa Allah adalah pencipta alam semesta yang sebenarnya.
b.                        Bahwa Allah telah memberikan nikmat
c.                         Bahwa Allah adalah raja hari kemudian
d.                        Bahwa Allah adalah sesembahan yang sebenarnya dan satu-satunya.
e.                         Bahwa Allah dalah penolong yang sebenarnya
f.                          Bahwa Allah sebenarnya yang membimbing dan memberikan petunjuk kepada manusia.
Muhammad Yunus dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, menyatkan bahwa pembinaan pendidikan islam masa Makkah meliputi :
a)                        Pendidikan keagamaan pada pendidikan tauhid.
b)                        Pendidikan akliyah dan ilmiah.
c)                        Pendidikan akhlak dan budi pekerti.
d)                        Pendidikan jasmani dan kesehatan.
2. Pengajian Al Qur’an.
    Al Qur’an merupaka intisari dan sumber pokok dari ajaran islam yang disampaikan Rasulullah bersabda “ Aku tinggalkan dua perkara, apabila kamu berpegang teguh kepadanya, maka kamu tidak akan tersesat, yaitu Al Qur’an dan Sunnah”.
D.    Hijrah nabi ke Madinah
Setelah peristiwa isra’ mi’raj, ada suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam. Penduduk Yatrib terdiri dari suku Aus dan Khazraj, mereka masuk islam dalam tiga gelombang. Pertama pada tahun ke-10 kenabian, kedua pada tahun ke-12 kenabian terdiri dari 10 orang suku Kharaj, 2 orang suku Aus dan 1 orang wanita. Mereka menemui nabi di Aqobah dan mereka menyatakan ikrar kesetiaan sehingga disebut perjanjian aqobah pertama. Pada musim haji berikutnya datang  73 orang, mereka meminta nabi agar berkenan pindah ke Yastrib dan nabi pun menyetujui perjanjian aqobah kedua.
E.     Perjalanan dari Makkah ke Yatsrib
Cara perjalanan yang dilakukan nabi, digambarkan oleh Ibnu Hisyam dengan cara sembunyi-sembunyi. Dalam perjalanan, nabi singgah beberapa hari di Quba. Beliau menginap dirumah Kalsum Ibnu Hindun. Di dalam rumah ini nabi membangun masjid pertama sebagai pusat peribadahan. Nama kota Yastrib diubah menjadi Madinatul Munawaroh (kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar islam memancarkan keseluruh dunia.

F.      Pendidikan Islam di Madinah
Orang-orang muslim dari Makkah yang berangsur-angsur ke Madinah dikenal sebagai kaum Muhajirin (mereka yang hijrah), dan orang-orang muslim Madinah dikenal sebagai kaum Anshar (penolong. Adapun titik tekan pendidikan islam periode Madinah :
1.      Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru  menuju suatu kesatuan social politik .
2.      Pendidikan social dan kewarganegaraan.
3.      Pendidikan anak dalam islam.
a.             pendidikan tauhid
b.            pendidikan sholat
c.             pendidikan sopan santun dalam keluarga
d.            pendidikan sopan santun dalam masyarakat
e.             pendidikan kepribadian
4.      Pendidikan Hankam dan dakwah islam
Dasar-dasar kehidupan masyarakat :
Pertama pembangunan masjid, kedua ukhuwah islamiyah sesame muslim, ketiga hubungan persahabatan dengan  pihak lain yang tidak beragama islam.
Dalam hijrah nabi ke Madinah inilah puncak kejayaan islam pula zaman Rasulullah SAW.
         III.      KESIMPULAN
Selama kurang lebih 23 tahun nabi mengemban tugas menyampaikan risalah Tuhan, selama waktu itu pula berbagai rintangan menghadang, cercaan, klaim, gila bahkan arogansi orang orang-orang kafir senantiasa menjadi terror. Setelah misi dakwah periode Makkah dengan pengukuhan akidah akhlak, di Madinahlah islam secara kaaffah (menyeluruh) diserukan orientasi ubudiyah, muamalah dan aspek-aspek pelajaran islam yang lain telah sampai pada umat hingga ditaklukanlah kembali kota Makkah (fatkhu Makkah).


[1] H. Fatah Syukur, N.C. Sejarah Peardaban Islam (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009)
[2] Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Rajawali Pers ), 2007
[3] H. Fatah Syukur, N.C. Sejarah Peardaban Islam (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009)

[4] H. Fatah Syukur, N.C. Sejarah Peardaban Islam (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009)